I. PENDAHULUAN
Dalam geoteknik, tanah biasanya dibagi menjadi dua golongan yaitu tanah
berbutir kasar dan tanah berbutir halus. Tanah berbutir halus terdiri dari
lanau atau lempung, sedangkan tanah berbutir kasar terdiri dari kerikil dan
pasir. Tanah berbutir halus sendiri sering disebut tanah berkohesi.
Sifat istimewa dari lempung adalah plastisitas, pengujian yang dipakai
dalam mekanika tanah untuk mengetahui sifat plastis ini adalah batas Atterberg. Kadar air pada batas keadaan plastis
tanah yaitu pengertian dari Nilai batas Atterberg. Batas yang paling penting adalah batas plastis (plastic limit/ PL) dan batas cair (liquid limit/ LL) yang dikenal sebagai
batas Atterberg.
Ada parameter ketiga yang ditentukan dari batas cair dan batas plastis, yaitu indeks plastis (Plastisity Index/ PI) yang merupakan jangkauan kadar air dimana tanah bersifat plastis, yaitu PI=(LL – PL). Tanah yang peka terhadap kadar air, dan mempunyai sifat kembang susut yang besar, serta besar pengaruhnya terhadap daya dukung atau kekuatan tanah ditunjukkan dengan Nilai IP yang tinggi.
II.
TUJUAN
PENGUJIAN
2.1 untuk menentukan kadar air suatu tanah
pada keadaan batas cair.
2.2 untuk menentukan
harga–harga batas cair, serta menggambarkan grafik
untuk batas cair dengan benar.
2.3 Mengukur perilaku tanah uji bersifat plastis yang biasa
ditemukan pada
Lempung.
III.
PERSIAPAN
BENDA UJI
a.
Apabila sampel tanah diperkirakan mempunyai butiran yang lebih kecil dari saringan no.
40 (0,425 mm), maka sampel tanah dapat digunakan langsung dalam pengujian.
b.
Bila contoh tanah
mempunyai butiran lebih besar dari saringan no.40 (0,425 mm), maka harus
mengeringkan contoh tanha dan melakukan penyaringan.
c. Mengambil benda uji yang lolos saringan no. 40 (0,425 mm) sebanyak 200 gram.
IV.
PERALATAN
a.
Alat batas cair standart
(atterberg).
b.
Alat pembuat alur
a.
Grooving tool (ASTM)
untuk tanah kepasiran.
b.
Grooving tool
(cassagrande) untuk tanah kohesif.
c.
Spatula
d.
Botol berisi air suling
(botol semprot).
e.
Plat kaca
f.
Tin box
g.
Desikator
h.
Oven
i. Timbangan dengan ketelitian 0,001 gr.
V.
PROSEDUR
PENGUJIAN
a.
Siapkan mangkok batas
cair, lalu bersihkan dari lemak atau kotoran yang menempel dengan eather.
b.
Atur ketinggian jatuh
mangkok, dengan cara sebagai berikut :
a.
Kendurkan kedua baut
penjepit, lalu putar hendel/tuas pemutar sampai posisi mangkok mencapai tinggi
jatuh setinggi 10 mm.
b.
Untuk menentukan tinggi
jatuh mangkok dapat mengendurkan baut belakang, mengangkat mangkok, memasukkan
bagian ujung tungkai pemutar alur (ASTM) tepat masuk diantara dasar magkok dan
alasnya, dan mengencangkan kembali baut bagian belakang.
c.
Ambil sampel tanah
kira-kira 100 gram tanah lolos saringan no.40 lalu meletakkan diatas plat kaca
pengaduk.
d.
Tambahkan air suling
sedikit demi sedikit, aduk sampel tanah tersebut menggunakan spatula sampai
homogen.
e.
Setelah didapat campuran
homogen, ambil sampel tanah tersebut, lalu memasukkan ke dalam mangkok alat
batas cair. Ratakan permukaannya
sehingga sejajar dengan dudukan alat bagian yang paling tebal harus ± 1 cm.
f.
Buat alur dengan cara membagi
jalan dua benda uji dalam mangkok tersebut, buat dengan menggunakan alat
pembuat alur (grooving tool) melalui garis tengah mangkok secara simetris dengan
posisi tegak lurus permukaan mangkok.
g.
Putar tuas/hendel pemutar
dengan kecepatan 2 putaran/detik (dalam 1 detik mangkok jatuh 2 kali) sampai
kedua sisi tanah bertemu sepanjang ½ ‘ (12,50 mm). Catatlah jumlah pukulan yang
terjadi untuk mencapai kondisi yang bersinggungan tersebut.
h.
Ambil sebagian benda uji
dari mangkok tersebut dengan menggunakan spatula, memasukkan ke dalam tin box
(cawan), hitunglah kadar air tanah tersebut. Sisa benda uji kemudian diletakkan kembali di atas plat kaca.
i.
Ulangi prosedur pengujian
mulai prosedur no.4 s.d. no.7 dengan variasi penambahan air yang berbeda.
Catatan :
1.
Proses bersinggungannya
kedua sisi tanah harus terjadi karena aliran dan bukan karena geseran antara
tanah dan mengkok.
2.
Selama berlangsungnya
percobaan, kadar air harus dijaga konstan (pencampuran dilakukan dan kadar air
terendah kemudian beururutan menuju
yang lebih tinggi).
3.
Agar diperoleh hasil uji yang teliti, maka jumlah pukulan diambil antara 10-20. 20-30,
30-40 dengan 4 kali pengujian.
4. Tipe ASTM digunakan untuk tanah lempung kepasiran. Sedangkan alat pembuat alur cassagrande digunakan untuk tanah berbutir halus (lempung).
VI. PERHITUNGAN DAN PELAPORAN
Berikut adalah cara menentukan batas cair dapat dilakukan langkah-langkah dibawah ini :
a.
menggambarkan dalam bendtuk grafik hasil-hasil yang diperoleh dan
pengujian tersebut berupa nilai-nilai kadar air dan jumlah pukulan. Sumbu vertikal mneggunakan nilai
kadar air dan skala
horizontal dengan skala logaritma menggunakan jumlah pukulan.
b.
Membuat garis lurus melalui
titik-titik tersebut, menentukan nilai batas cair benda uji tersebut
berdasarkan nilai kadar air pada jumlah pukulan / ketukan ke 25. Apabila
titik-titik yag diperoleh tidak satu garis lurus, maka membuat garis yag
melalui titik-titik berat dan titik-titik tersebut.
c.
Mencatat hasil yang
diperoleh pada formulir yang tersedia dan melengkapi dengan kondisi tanah yang
di uji dalam keadaan asli, kering udara baik disaring ataupun tidak.
d. Mencatat hasil yang diperoleh pada formulir yang tersedia dan melengkapi dengan kondisi tanah yang di uji dalam keadaan asli, kering udara baik disaring ataupun tidak. Melaporkan hasil sebagai bilangan bulat.
VII.
KESIMPULAN
Sifat-sifat
kimia pada tanah dapat diketahui dengan melakukan proses pengujian batas
konsistensi tanah meliputi batas cair, batas susut, batas plastis. Pengujian
ini dilakukan untuk mengetahui kondisi tanah yang bersifat alami maupun kondisi
tanah yang bersifat disturb di lapangan beserta keuntungan dan kerugiannya.
Nilai IP (indeks plastisitas) yang
tinggi menunjukkan bahwa tanah tersebut peka terhadap air dan mempunyai sifat
kembang susut yang besar serta besar pengaruhnya terhadap gaya dukung atau
kekuatan tanah.
Tanah yang memiliki nilai IP rendah memiliki daya dukung tanah yang bagus (stabil). Semakin tinggi nilai LL (liquid limit) maka tanah tersebut mendekati tanah lempung karena kadar airnya cukup banyak. Selain itu, kondisi SL juga mempengaruhi daya cengkeram tanah tersebut. Semakin besar nilai SL maka akan semakin baik daya cengkeram tanah tersebut.
VIII.
LAMPIRAN
Gambar
Pengujian : Tgl
Pengujian :
Lokasi : Dikerjakan :
Diperiksa : -
BATAS KONSISTENSI TANAH |
Batas Cair |
|||
Nomor cawan |
I |
II |
III |
Berat cawan + tanah basah |
29,4 |
20,8 |
37,7 |
Berat cawan + tanah kering |
23,8 |
15,8 |
27,2 |
Berat air |
70 |
75 |
88 |
Berat tanah kering |
9,5 |
9 |
15,7 |
Kadar air |
58,95 |
55,56 |
66,88 |
Kadar air average |
60,46 |
||
Jumlah ketukan |
64 |
55 |
10 |
Penentuan Batas
Plastis |
|||
Nomor cawan |
I |
II |
III |
Berat cawan + tanah basah |
29,4 |
20,8 |
37,7 |
Berat cawan + tanah kering |
23,8 |
15,8 |
27,2 |
Berat air |
70 |
75 |
88 |
Berat tanah kering |
9,5 |
9 |
15,7 |
Kadar air |
58,95 |
55,56 |
66,88 |
Kadar air average |
60,46 |