Senin, 20 Februari 2023

Pengujian Batas Cair dengan Cassagrade SK SNI 07-1989-F

I.         PENDAHULUAN

Dalam geoteknik, tanah biasanya dibagi menjadi dua golongan yaitu tanah berbutir kasar dan tanah berbutir halus. Tanah berbutir halus terdiri dari lanau atau lempung, sedangkan tanah berbutir kasar terdiri dari kerikil dan pasir. Tanah berbutir halus sendiri sering disebut tanah berkohesi.

Sifat istimewa dari lempung adalah plastisitas, pengujian yang dipakai dalam mekanika tanah untuk mengetahui sifat plastis ini adalah batas Atterberg. Kadar air pada batas keadaan plastis tanah yaitu pengertian dari Nilai batas Atterberg. Batas yang paling penting adalah batas plastis (plastic limit/ PL) dan batas cair (liquid limit/ LL) yang dikenal sebagai batas Atterberg.

Ada parameter ketiga yang ditentukan dari batas cair dan batas plastis, yaitu indeks plastis (Plastisity Index/ PI) yang merupakan jangkauan kadar air dimana tanah bersifat plastis, yaitu PI=(LL – PL). Tanah yang peka terhadap kadar air, dan mempunyai sifat kembang susut yang besar, serta besar pengaruhnya terhadap daya dukung atau kekuatan tanah ditunjukkan dengan Nilai IP yang tinggi.

II.      TUJUAN PENGUJIAN

2.1 untuk menentukan kadar air suatu tanah pada keadaan batas cair.

2.2 untuk menentukan harga–harga batas cair, serta menggambarkan grafik                                           
            
 untuk batas cair dengan benar.

2.3 Mengukur perilaku tanah uji bersifat plastis yang biasa ditemukan pada

      Lempung.

III.   PERSIAPAN BENDA UJI

a.              Apabila sampel tanah diperkirakan mempunyai butiran yang lebih kecil dari saringan no. 40 (0,425 mm), maka sampel tanah dapat digunakan langsung dalam pengujian.

b.             Bila contoh tanah mempunyai butiran lebih besar dari saringan no.40 (0,425 mm), maka harus mengeringkan contoh tanha dan melakukan penyaringan.

c.              Mengambil benda uji yang lolos saringan no. 40 (0,425 mm) sebanyak 200 gram.

IV.   PERALATAN

a.              Alat batas cair standart (atterberg).

b.             Alat pembuat alur

a.          Grooving tool (ASTM) untuk tanah kepasiran.

b.         Grooving tool (cassagrande) untuk tanah kohesif.

c.              Spatula

d.             Botol berisi air suling (botol semprot).

e.              Plat kaca

f.               Tin box

g.             Desikator

h.             Oven

i.               Timbangan dengan ketelitian 0,001 gr.

V.      PROSEDUR PENGUJIAN     

a.              Siapkan mangkok batas cair, lalu bersihkan dari lemak atau kotoran yang menempel dengan eather.

b.             Atur ketinggian jatuh mangkok, dengan cara sebagai berikut :

a.         Kendurkan kedua baut penjepit, lalu putar hendel/tuas pemutar sampai posisi mangkok mencapai tinggi jatuh setinggi 10 mm.

b.         Untuk menentukan tinggi jatuh mangkok dapat mengendurkan baut belakang, mengangkat mangkok, memasukkan bagian ujung tungkai pemutar alur (ASTM) tepat masuk diantara dasar magkok dan alasnya, dan mengencangkan kembali baut bagian belakang.

c.              Ambil sampel tanah kira-kira 100 gram tanah lolos saringan no.40 lalu meletakkan diatas plat kaca pengaduk.

d.             Tambahkan air suling sedikit demi sedikit, aduk sampel tanah tersebut menggunakan spatula sampai homogen.

e.              Setelah didapat campuran homogen, ambil sampel tanah tersebut, lalu memasukkan ke dalam mangkok alat batas cair. Ratakan  permukaannya sehingga sejajar dengan dudukan alat bagian yang paling tebal harus ± 1 cm.

f.               Buat alur dengan cara membagi jalan dua benda uji dalam mangkok tersebut, buat dengan menggunakan alat pembuat alur (grooving tool) melalui garis tengah mangkok secara simetris dengan posisi tegak lurus permukaan mangkok.

g.             Putar tuas/hendel pemutar dengan kecepatan 2 putaran/detik (dalam 1 detik mangkok jatuh 2 kali) sampai kedua sisi tanah bertemu sepanjang ½ ‘ (12,50 mm). Catatlah jumlah pukulan yang terjadi untuk mencapai kondisi yang bersinggungan tersebut.

h.             Ambil sebagian benda uji dari mangkok tersebut dengan menggunakan spatula, memasukkan ke dalam tin box (cawan), hitunglah kadar air tanah tersebut. Sisa benda uji kemudian diletakkan kembali di atas plat kaca.

i.               Ulangi prosedur pengujian mulai prosedur no.4 s.d. no.7 dengan variasi penambahan air yang berbeda.

Catatan :

1.             Proses bersinggungannya kedua sisi tanah harus terjadi karena aliran dan bukan karena geseran antara tanah dan mengkok.

2.             Selama berlangsungnya percobaan, kadar air harus dijaga konstan (pencampuran dilakukan dan kadar air terendah kemudian beururutan menuju yang lebih tinggi).

3.             Agar diperoleh hasil uji yang teliti, maka jumlah pukulan diambil antara 10-20. 20-30, 30-40 dengan 4 kali pengujian.

4.             Tipe ASTM digunakan untuk tanah lempung kepasiran. Sedangkan alat pembuat alur cassagrande digunakan untuk tanah berbutir halus (lempung).

VI.   PERHITUNGAN DAN PELAPORAN

Berikut adalah cara menentukan batas cair dapat dilakukan langkah-langkah dibawah ini :

a.              menggambarkan dalam bendtuk grafik hasil-hasil yang diperoleh dan pengujian tersebut berupa nilai-nilai kadar air dan jumlah pukulan. Sumbu vertikal mneggunakan nilai kadar air dan skala horizontal dengan skala logaritma menggunakan jumlah pukulan.

b.             Membuat garis lurus melalui titik-titik tersebut, menentukan nilai batas cair benda uji tersebut berdasarkan nilai kadar air pada jumlah pukulan / ketukan ke 25. Apabila titik-titik yag diperoleh tidak satu garis lurus, maka membuat garis yag melalui titik-titik berat dan titik-titik tersebut.

c.              Mencatat hasil yang diperoleh pada formulir yang tersedia dan melengkapi dengan kondisi tanah yang di uji dalam keadaan asli, kering udara baik disaring ataupun tidak.

d.             Mencatat hasil yang diperoleh pada formulir yang tersedia dan melengkapi dengan kondisi tanah yang di uji dalam keadaan asli, kering udara baik disaring ataupun tidak. Melaporkan hasil sebagai bilangan bulat. 

VII.     KESIMPULAN

Sifat-sifat kimia pada tanah dapat diketahui dengan melakukan proses pengujian batas konsistensi tanah meliputi batas cair, batas susut, batas plastis. Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui kondisi tanah yang bersifat alami maupun kondisi tanah yang bersifat disturb di lapangan beserta keuntungan dan kerugiannya. Nilai IP (indeks plastisitas) yang tinggi menunjukkan bahwa tanah tersebut peka terhadap air dan mempunyai sifat kembang susut yang besar serta besar pengaruhnya terhadap gaya dukung atau kekuatan tanah.

Tanah yang memiliki nilai IP rendah memiliki daya dukung tanah yang bagus (stabil). Semakin tinggi nilai LL (liquid limit) maka tanah tersebut mendekati tanah lempung karena kadar airnya cukup banyak. Selain itu, kondisi SL juga mempengaruhi daya cengkeram tanah tersebut. Semakin besar nilai SL maka akan semakin baik daya cengkeram tanah tersebut. 

VIII.  LAMPIRAN

         Gambar


Hasil uji

Pengujian             :                                         Tgl Pengujian  :

Lokasi                  :                                         Dikerjakan      

Diperiksa              : -        

 

BATAS KONSISTENSI TANAH

 

Batas Cair

Nomor cawan

I

II

III

Berat cawan + tanah basah

29,4

20,8

37,7

Berat cawan + tanah kering

23,8

15,8

27,2

Berat air

70

75

88

Berat tanah kering

9,5

9

15,7

Kadar air

58,95

55,56

66,88

Kadar air average

60,46

Jumlah ketukan

64

55

10

Penentuan Batas Plastis

Nomor cawan

I

II

III

Berat cawan + tanah basah

29,4

20,8

37,7

Berat cawan + tanah kering

23,8

15,8

27,2

Berat air

70

75

88

Berat tanah kering

9,5

9

15,7

Kadar air

58,95

55,56

66,88

Kadar air average

60,46

 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar