MAKALAH
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH
Perkembangan Peserta Didik
yang dibina oleh Bapak Tri Kuncoro
Agus Mujiono
140521602410
UNIVERSITAS
NEGERI MALANG
FAKULTAS
TEKNIK
JURUSAN TEKNIK SIPIL
PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN
Januari 2015
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum
Wr. Wb.
Pertama-tama kami ucapkan puji syukur kepada Tuhan Yang
Maha Esa atas segala rahmat dan karunia-Nya. Karena berkat-Nya, kami berhasil
menyelesaikan tugas makalah yang diberikan oleh Bapak Tri Kuncoro ini.
Makalah yang kami susun ini, memuat tentang pemahaman
efek terhadap perilaku dan fikiran pada akhir masa kanak-kanak. Kami harap,
makalah yang telah kami buat ini dapat membantu kita semua menjadi mahasiswa/i
yang berwawasan luas, cerdas, serta berpengetahuan.
Demikian kata
pengantar yang bisa kami sampaikan, semoga makalah ini bermanfaat. Kata maaf
pun tak lupa kami ucapkan bilamana ada kesalahan yang kami buat. Kritik dan
saran juga menjadi hal yang kami harapkan agar kami bisa lebih baik dalam
mengerjakan tugas selanjutnya.
Wassalamu’alaikum
Wr. Wb.
Malang, 14 januari 2015
1.
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Pada
saat ini perkembangan anak khususnya pada masa setelah kanak-kanak memberikan
efek terhadap perilaku anak ataupun tingkah laku dan pemikiran yang dapat
menimbulkan dampak positif dan juga negatif. “Banyak orang menganggap geng
anak-anak (children’s gang) sebagai kelompok penjahat … geng anak sangat
berbeda dengan geng remaja”(Hurlock,1991:156).
Anak
akan berakhir masa kanak-kanaknya pada umur 6 tahun ataupun ditandai dengan
masuknya ke kelas satu Sekolah Dasar. Hal ini menjadikan perubahan pada anak
dalam pola kehidupan anak, sikap, nilai dan perilaku anak itu sendiri. Kemudian
dari segi fisik akan mengalami perubahan, baik secara fisiknya ataupun psikologisnya.
Dimulai pada saat itu anak akan mulai bisa merubah pergaulannya dari pemilihan
teman dan juga bagaimana cara memperlakukan teman atau bagaimana cara bergaulnya. Dari
segi pemilihan perminannya juga demikian
akan semakin banyak ide-ide terbaru untuk mencari permainan barunya.
Pada
akhir masa kanak-kanak anak mempunyai sejumlah keterampilan yang mereka
pelajari sebelum meraka menduduki bangku Sekolah Dasar. Keterampilan tersebut
dipengaruhi faktor lingkungan, kesempatan belajar, dan juga meniru keterampilan
yang digemari temannya. Dengan adanya media komunikasi perkembangan anak sangat
berpegaruh, baik dari media televisi yang utamanya dapat menjadikan anak
berperilaku negatif karena tidak adanya pengawasan dari orang tua. Maka dari
itu perkembangan anak sangat penting pula
ditentukan oleh peran orang tua sebelum mengenalkan anaknya terhadap dunia
luar, orang tua memberikan kasih sayang perlakuan yang baik didikan yang membawanya kearah yang
positif, dalam hal utamanya menonton acara televisi yang sekiranya mendidik,
cara bergaul baik di dalam lingkungan sendiri atau masyarakat. Menanamkan pola
perilaku, nilai-nilai, sikap bagaimana bergaul bersama teman. Seiring bertambahnya
usia anak akan menglami peningkatan kecerdasan, keberanian yang rata-rata di
miliki oleh setiap anak. Anak-anak akan menjadi hebat dengan adanya peran orang
tua serta lingkungan yang baik.
1.2 Rumusan Masalah
a) “Banyak
orang menganggap geng anak-anak (children’s gang) sebagai kelompok penjahat …
geng anak sangat berbeda dengan geng remaja”(Hurlock,1991:156).
b) Bagaimana
perilaku anak setelah masa kanak-kanak?
c) Bagaimana
kecenderungan anak yang ingin mencari hal yang baru dengan bertambahnya usia
mereka?
d) Bagaimana
setelah berakhirnya masa kanak-kanak?
1.3
Tujuan
a) Memaparkan
pernyataan Harlock yang mengatakan “Banyak orang menganggap geng anak-anak
(children’s gang) sebagai kelompok penjahat … geng anak sangat berbeda dengan
geng remaja”(Hurlock,1991:156).
b) Memaparkan perilaku anak setelah masa kanak-kanak
c) Memaparkan
kecenderungan anak ingin mencari hal yang baru dengan bertambahnya usia mereka
d) Memaparkan
setelah berakhirnya masa kanak-kanak
2.
PEMBAHASAN
2.1
Pemaparan
Pernyataan Harlock
Harlock
mengatakan “Banyak orang menganggap geng anak-anak (children’s gang) sebagai
kelompok penjahat … geng anak sangat berbeda dengan geng
remaja”(Hurlock,1991:156).
Bahwasanya
anak memiliki geng bukan untuk menjadi geng penjahat melainkan mereka membuat geng
untuk menyenangkan dirinya, tanggapan masyarakat bahwa seorang anak memilki
geng maka anak tersebut dinilai nakal, padahal anak seusia bermain anak berhak
memiliki kelompok, asalkan peran orang tua aktif dalam mengawasi anaknya.
Seorang anak akan merasa terkekang apabila anak hanya berada dirumah dan tidak
memiki kelompok bermain. Berbeda halnya dengan remaja, remaja memiliki geng yang
menginginkan kesenangan dan juga memiliki kelompok bemain yang bertujuan bukan
hanya untuk bermain saja namun mempunyai rencana yang negatif, yang
menginginkan berkuasa, balas dendam, mengacau dan lain-lain.
2.2
Perilaku
Anak Setelah Masa Kanak-Kanak
Pada akhir masa kanak-kanak anak
mulai membuat kelompok bermain dengan ditandai aktifitas-aktifitas berkumpul,
apalagi anak yang belum bergabung dia mempunyai keinginan kuat untuk bergabung
dengan kelompok tersebut, dan memiliki rasa tidak puas apabila dia tidak
bersama teman-temannya. Anak tidak puas apabila cuma bermain sendiri dirumah
hanya dengan anggota keluarganya. Dengan banyak teman tidak akan merasakan
kesepian banyak teman dia akan puas dalam bermainnya.
Kelompok bermain tersebut juga
dinamakan geng anak-anak, kanapa dinamakan geng anak-anak karena kumpulan
mereka beranggotakan banyak dengan jenis kelamin sama membuat permainan yang
sama, misal: olah raga makan bersama kemudian juga mempunyai identitas sama
misalnya baju dengan warnanya yang sama.
Geng anak-anak mempunyai tujuan
memperoleh kesenangan dengan permainan permainan yang membuat mereka asyik dan
nyaman. Geng anak-anak lebih menyukai berteman dengan teman sebayanya,
maksudnya mereka tidak begitu suka dengan kelompok yang jauh lebih tua dari mereka.
Mereka lebih suka memilih anggota kelompok yang sesama jenis dengan tidak
berteman campuran antara laki-laki dan perempuan dalam satu kelompoknya. Mereka
kompak dengan pemilihan permainan yang sama, misalnya: bermain sepak bola dll.
2.2.1 Dampak Perilaku Anak Setelah Masa Kanak-Kanak
Dampak positif adanya geng anak-anak
ini menimbulkan proses sosialisasi anak dengan mengikuti kelompok geng
anak-anak, dan juga membatu mengasah kemanpuan berfikir mereka kemudian juga
dengan keberanian mereka. Apabila ada anak yang hanya berdiam diri dirumah
pasti dia akan berbeda dengan anak yang lainnya karena anak yang jarang bergaul
pengetahuannya sempit dan cenderung penakut. Dampak negatifnya bahwa anak
selalu ingin menyamai teman-temannya baik dari segi pakaian, tingkah laku
ataupun pendapat sehingga mereka harus mamaksa orang tua untuk mendapatkan apa yang
mereka inginkan. Dampak lain sering terjadi pertentangan atau pertukaran
pendapat antara anak dengan orang tua. Banyak menghabiskan waktu bersama
teman-teman daripada bersama keluarga, sehingga melalaikan tugas-tugas yang di
berikan kepadanya. Dampak lain juga bisa terjadi apabila salah satu dari anggota
mereka suka bermain dengan teman lawan jenis sehingga menimbulkaan permasalah
terhadap anggota kelompoknya. Kemudian kecenderungan anak yang lebih tua atau
faktor lain dari sosial ekonomi ataupun juga perbedaan agama yang
mendiskriminasi anggota yang lainya dengan alasan dia lebih berkuasa apa yang
dia perbuat, menjadikan dirinya pemimpin dari kumpulan tersebut meski tidak
semua anggota telah menyetujuinya.
Adapun anak yang baru yang kesulitan
mencari teman, dia berusaha bergabung dengan cara mencoba menegur atau bermain
dengan salah satu anggota kelompok yang sudah terbentuk, dengan cara mengamati
dan meniru permainan mereka dan berusaha mengambil perhatiannya. Anak yang baru
tidak akan mungkin langsung diterima melainkan diabaikan bahkan ditolak,
kemudian lama-kelamaan dengan pendekatan yang sering akhirnya bisa bergabung
dengan kelompok tersebut.
2.2.2 Teman Setelah Masa Kanak-Kanak
Anak yang lebih besar biasanya belum
puas terhadap teman yang lebih kecil darinya, mereka cenderung memilih teman
sebaya dan anak laki-laki lebih banyak teman dibandingkan kelompok anak
perempuan. Anak laki-laki juga lebih suka bermain berkelompok dari pada
perempuan yang cukup bermain dengan satu atau dua teman saja.
Pemilihan teman dengan cara, apakah
dia serupa dengan dirinya dan kebutuhannya dan juga dilihat dari penampilan
fisiknya. Anak apabila disekolah cenderung memilih teman sekelas daripada kelas
lain dan lebih memilih sejenis daripada lawan jenis. Keramahan, kerjasama,
kebaikan hati, kejujuran, kemurahan hati, sportivitas, itu kriteria untuk
menjadi teman dan lebih suka memilih dengan memandang sosial ekonomi, ras dan
agama yang sama. Perlakuan kurang baik pastinya akan terjadi didalam kelompok seperti
perkelahian antar anggota-anggotanya, perselisihan pendapat, dan mengakibatkan
mereka miskomunikasi ataupun juga hanya bersifat sementara saja.
Didalam anggota keluaga anak perlu
menyesuaikan diri apabila dia memiliki saudara, terlebih kalau memiliki banyak
saudara, akan lebih banyak belajar menyesuaikan diri terhadap anggota
keluarganya. Dari sebagian anggota kelompok pasti ada yang mempunyai rasa
sangat senang dengan anggota kelompoknya namun ada juga anggota kelompok yang
hanya menerimanya sebagai anggota kelompok saja bukan didasarkan atas
kerelaannya mengikuti kelompoknya. Anak dengan bertambahnya usia akan lebih
cepat mengembangkan diri seperti kebiasaan bersifat murah hati. Hal ini akan
lebih disenangi teman-temannya dan akan mendapat reputasi yag berlangsung lama
dengan penilaian teman-temannya terhadap dirinya.
Dengan seringnya berkumpul
menghabiskan waktu bersama-sama anak yang memiliki keterampilan yang lebih
diantara mereka akan cenderung dipilih menjadi pemimpin, anak yang berperan
sebagai pemimpin dalam bermain dan mereka puas dengan kepemimpinannya maka akan
menjadikan kesempatan untuk dipilihnya menjadi ketua kelas.
2.3 Kecenderungan Anak Ingin Mencari Hal Yang Baru Dengan Bertambahnya Usia Mereka
Tugas
rumah yang didapatkan dari sekolah akan membuat waktu bermain mereka lebih
sedikit dibandingkan dengan sebelum mereka menduduki bangku sekolah, apabila
mendapatkan kebosanan mereka menghibur diri dengan menonton televisi,
mendengarkan radio dan membaca. Anak perempuan lebih sadar permainan apa yang
pantas untuk dia dan perempuan lebih suka bermain sendiri, dan tidak terlalu
banyak menggunakan aktifitas fisik.
Bermain
konstruktif bagi anak laki-laki seperti halnya permainan dari kayu kemudian
bagi perempuan menyukai kontruktif lebih halus seperti menjahit, menggambar,
melukis, dll. Bernyanyi sebagian besar anak-anak menyukainya terlebih anak
perempuan sedang anak laki-laki lebih suka menyanyi namun dengan lagu yang
konyol.
2.4 Berakhirnya Masa Kanak-Kanak
2.4.1 Berakhirnya Masa Kanak-Kanak Sikap Dan
Perilakunya Akan Berubah
Ada
anak yang memiliki hobi berjelajah, misal anak kota ingin menjelajah lingkungan
desa, dan sebaliknya anak desa ingin menjelajah lingkungan kota. Apalagi
dilakukan bersama dengan teman-teman bukan menjelajah secara individu ataupun cuma
dengan anggota keluarga. Tetapi bagi anak perempuan dibatasi kemana mereka
diperbolehkan untuk bermain.
Bertambahnya
usia anak tidak puas dengan bermain dengan mainan sederhana, permainan yang
diminati lebih ke yang tingkat permainan dewasa seperti bola basket, sepak
bola, tidak semata-mata hanya kesenangan belaka. Anak laki-laki lebih suka
bermain diluar daripada anak perempuan, sebagian minat yang lebih besar adalah
olah raga. Anak laki-laki lebih suka bermain dengan skala besar dibandingkan
dengan perempuan. Anak laki-laki tidak memandang selisih umur mereka tetapi
wanita memilih teman yang umurnya setara dengannya. Anak perempuan sering
memainkan permainan laki-laki tetapi laki-laki tidak suka memainkan permainan
perempuan. Anak laki-laki lebih suka pertandingan dengan waktu yang sangat lama
dibandingkan dengan perempuan. Apabila anak tidak bersama kelompoknya pada
malam hari, hari-hari libur, mereka menghibur diri dengan membaca komik,
mendengarkan radio, menonton televisi, dan ada juga yang melamun atau
berkhayal. Melamun merupakan kegiatan yang mudah dan tidak perlu membutuhkan
tenaga.
Semakin bertambahnya umur mereka anak
akan berkembang dalam segi moralnya, dari yang awalnya belum mengerti bagaimana
sopan santun, seiring pula dengan pergaulan dan didikan di sekolah menjadikan
anak mengerti bagaimana memiliki moral yang baik. Disiplin sebagai pengaruh
utama terhadap pengembangan moral, anak yang disiplin akan lebih cepat memiliki
moral yang baik dibandingkan anak yang pemalas yang akan sulit mengendalikan
sikap sopan santunnya terhadap orang lain. Jika budaya disiplin dibiasakan
sejak kecil maka anak dengan sendirinya akan tahu bagaimana moral yang baik,
seperti apa sopan santun, bertingkah laku dan sebagainya. Anak yang sudah faham
akan hal tersebut akan mengetahui tindakan yang dilakukannya benar atau salah
dan akan merasa bersalah dengan apa sudah dia lakukan dan akan timbul rasa malu
jika kesalahan itu terulang kembali. Sebaliknya apabila anak tidak ditanamkan
sejak kecil tentang kedisiplinan maka anak tersebut akan memiliki rasa acuh tak
acuh dengan apa yang mereka lakukan. Apabila mereka melakukan kesalahan mereka
tidak memiliki rasa bersalah dan bahkan tidak punya rasa malu terhadap apa yang
sudah mereka lakukan.
Dalam suatu kelompok anak yang lebih
kecil akan lebih banyak salahnya dibandingkan dengan anak yang lebih besar,
karena anak yang lebih kecil tidak tau apa yang seharusnya dilakukan atau tidak mengetahui keinginan apa yang
diharapkan dari temannya yang lebih besar, selain itu anak yang lebih besar
dominan berkuasa dari pada anak yang lebih kecil. Itulah sebabnya anak yang
lebih kecil banyak mempunyai salah dibandingkan anak yang lebih besar. Namun
didalam lingkup sekolah anak yang lebih besar yang lebih banyak membuat
kesalahan karena mereka sudah memiliki keberanian untuk melanggar dan sudah
tidak takut lagi terhadap sangsi yang akan diberikannya. Didalam sekolah pasti
banyak peraturan-peraturan yang harus ditaati setiap siswa namun ada sebagian
yang menganggap bahwa peraturan tersebut tidak adil karena dia tidak memiliki
kebebasan bertingkah laku didalam lingkungan sekolah tersebut. Anak yang
semakin besar akan merasa bosan dan tidak menyukai sekolah lagi, dan bahkan
tidak menyukai guru yang mengajarnya dan juga mata pelajarannya membosankan
sehingga membuat anak tidak mengikuti mata pelajaran yang tidak disukainya.
Tidak cuma pelanggaran didalam
lingkup sekolah saja namun anak laki-laki juga melakukan pelanggaran dirumah,
dilingkungan tetangga, berbeda dengan perempuan. Apabila anak laki-laki
melakukan pelanggaran, tidak dikenakan sangsi atau mendapatkan kebebasan karena dianggap bahwa anak laki-laki memang
sikapnya seperti itu, dan anak laki-laki cenderung melanggar karena ingin
memperlihatkan kejantanannya terhadap teman-temannya. Sebaliknya anak perempuan
apabila melakukan pelanggaran akan dikenakan sangsi karena memang kodrat wanita
seperti itu, hukuman ringannya tidak diperbolehkan main keluar rumah.
2.4.2
Setelah
Berakhirnya Masa Kanak-Kanak Anak Akan Memiliki Pemikiran Untuk Memilih Minat
Ataupun Cita-Cita Untuk Kedepannya
Setiap
anak tentu mengembangkan minat individual tertentu, namun ada juga mereka mengembangkan minat
yang sama dengan yang lainnya. Seiring bertambahnya usia anak semakin kuat
memikirkan minat atau cita-cita yang mereka inginkan, misal perempuan yang
minat pada masalah kesehatan, ingin menjadi perawat atau dokter. Sedangkan anak
laki-laki berminat dalam olah raga mungkin ingin menjadi pemain sepak bola dll.
Prestasi sangat dipengaruhi oleh minat seseorang, anak yang berminat
hitung-hitung maka nilai matematikanya akan bagus tetapi sebaliknya apabila tidak
bisa hitung-hitungan maka nilainya akan buruk. Minat akan menjadi kepuasan
seumur hidup, anak akan sering mengulang minat-minat yang mereka kuasai sehingga
menjadi suatu kebiasaan.
2.4.3
Berakhirnya
Masa Kanak-Kanak Mereka Akan Memilih Teman Bermain Sesuai Dengan Penggolongan
Peran Seksnya
Penggolongan
peran seks pada akhir masa kanak-kanak berasal tekanan teman-teman sebaya harus
sepenuhnya mengikuti keyakinan nilai-nilai norma, perilaku bila ingin diterima
dikelompok. Dipandang dari pandangan tradisional menganggap lebih pandai atau
unggul daripada perempuan, ada juga pendapat kalau perempuan dipandang sama
seperti laki-laki. Penggolongan peran seks berpengaruh pada perilaku dan
penilaian diri, baik dalam penampilan, pakaian bahkan gerak-gerik. Mereka sudah
mengetahui bahwa sebelum duduk dibangku sekolah mereka mengetahui bahwa
permainan, membaca buku dan komik, menonton acara televisi, sudah sesuai untuk
laki-laki.
Anak
laki-laki diharapkan menciptakan pendidikan dan pekerjaan yang lebih tinggi
dari pada anak perempuan. Anak laki-laki belajar untuk memperoleh nilai
setinggi-tingginya untuk melanjutkan karier yang lebih tinggi dan mampu memilih
pekerjaan yang lebih bergengsi daripada perempuan. Dengan adanya pemahaman
seperti ini maka anak perempuan kemampuan berfikirnya dibawah anak laki-laki
dan anak perempuan jarang memiliki prestasi yang lebih dari anak laki-laki.
Permainan sepak bola, bola basket, dominan kepada anak laki-laki karena anak
laki-laki lebih pantas bermain dan perempuan hanya pantas sebagai penontonnya
saja.
2.4.4
Berakhirnya
Masa Kanak-Kanak Anak Akan Mengalami Perubahan-Perubahan Kepribadian
Terganggunya perkembangan anak
disebabkan oleh peran orang tua yang tidak selalu mengawasi tingkah laku anaknya
ataupun cara mendidik yang salah dengan menghambur-hamburkan uang untuk
kebutuhan anak membuang-buang waktu untuk anak dengan sia-sia, harapan orang
tua yang yang tidak selaras dengan minat dan bakat anak sperti: menuntut anak
harus pandai, jika tuntutannya tidak terpenuhi anak akan dikritik, dimarahi
bahkan sampai dihukum. Metode mendidik kedisplinan anak yang salah , setatus
ekonomi orang tua, contoh: apabila anak membandingkan rumahnya dengan rumah
temannya dan rumahnya lebih buruk dari rumah temannya maka anak tersebut menyalahkan
orang tuanya dan kemudian orang tuanya membenci apa yang dikatakan anaknya itu
adalah sikap orang tua yang salah. Pekerjaan orang tua, apabila ibunya bekerja
diluar rumah maka akan berpengaruh juga terhadap perkembangan anaknya, kemudian
kesadaran sikap anak terhadap orang tua, orang tua tidak peka terhadap apa-apa
yang anak inginkan terhadap sikap dan watak orang tuanya yang cenderung anak
tersebut meniru dari acara televisi, anaknya menginginkan orang tua yang
seperti di acara televisi tersebut. Pertentangan antara saudara dalam anggota
keluarga, adanya kesalah pahaman antara saudaranya, contoh: kalau kakaknya
lebih disayang daripada dirinya. perubahan sikap terhadap sanak saudara ataupun
teman, kemudian apa bila bersama orang tua tiri akan menjadi dampak yang buruk
terhada perkembangan anak.
Hampir
dari keseluruhan anak menjadi pusat pandangan orang tua, dan juga sebagian
pandangan dari guru-guru, teman sekelasnya dan para tetangganya. Hubungan
keluarga antara lain orang tua, saudara kandung dan sanak keluarga lain tetap
sangat menjadi faktor utama untuk perkembangan kepribadian anak. Kondisi
lingkungan tidak stabil tidak menjadi faktor besar perkembangan anak akan tetapi
lingkungan yang tidak stabil akan menjadi pengaruh besar terhadap anak. Teman yang suatu saat bertindak baik
dan suatu saat bertindak buruk maka akan sangat mempengaruhi perkembangan anak.
Anak
cenderung meniru tokoh siapa yang di suka didalam tokoh film, maka dari itu
orang tua harus lebih sering menbimbing anak agar tontonan yang mereka tonton
dapat dikontrol. Dan dengan bertambahnya usia maka anak akan mencari jati
dirinya dengan cara merubah pakaian, cara berdandan, gaya berbicara, dan cara
berperilaku. Usahanya untuk menperoleh jati diri anak tersebut harus berusaha untuk
dapat bertindak mandiri dan mencoba untuk melepas pengawasan orang tua yang
mengekang terhadap dirinya.
3.
PENUTUP
3.1 Simpulan
Di akhir masa kanak-kanak anak akan mulai
mencari kelompok untuk bermain dengan memilih teman sebaya teman sesama jenis.
Namun dengan memiliki kelompok akan berdampak positif dan negatif yang
cenderung akan membawa perubahan terhadap anak, dampak positif akan menjadikan
anak berkembang baik sedangkan dampak negatif anak akan berkelakuan buruk. Anak
akan lebih banyak waktu yang dihabiskan untuk bermain sebelum anak menduduki
banku sekolah, disaat sudah mengginjak kelas satu anak sudah memiliki tugas
rumah dan otomatis akan berkurang jadwal bermainnya. Dengan bermain bersama
kelompok akan mengembangkan bakat dan minat anak, memiliki banyak teman dan
juga akan mudah bersosialisasi dengan masyarakat. Masa akhir kanak-kanak juga
menentukan kepribadian anak, karakter anak dipengaruhi cara bergaul anak baik
dirumah, lingkungan sekolah dan juga lingkungan masyarakat.
3.2 Daftar Rujukan
Hurlock Elizabeth B. 1991. Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta:
ERLANGGA.