Minggu, 19 Maret 2023

Koefisien Pekerjaan Pondasi SNI 2013

Harga Satuan dan Koefisien Pekerjaan Pondasi

Dalam suatu pekerjaan Proyek Pembangunan selalu didahulukan dengan perhitung Rencana Anggaran Biaya, contoh dalam pekerjaan pondasi yang terdiri dari beberapa pekerjaan diantaranya pekerjaan pemasangan batu belah. Dalam perhitungan pekerjaan pemasangan batu belah terdapat bebrapa campuran agregat yang harus memperhitungkan harga satuan bahan kemudian diperlukan koefisien perhitungan upah pekerjaan, kebutuhan bahan dan peralatan. Kebutuhan bahan agregat juga perlu diperhitungkan koefien per m3 atau per kilogramnya, yang nantinya akan dipakai dalam pemasangan batu belah. Pekerjaan pembuatan pondasi batu belah, pemasangan batu kosong (anstamping), pondasi siklop, pondasi sumuran, dll juga perlu diperhitungkan analisa-analisa seperti diatas. 

Berapa koefisien pemasangan 1 m3 pondasi batu belah campuran 1 Semen Portlan : 3 Pasir Pasang dalan pekerjaan pondasi batu belah? Ada berbagai macam koefisien masing-masing bahan sesuai dengan takaran masing-masing agregat yang digunakan, koefisien yang digunakan yaitu terdiri dari koefisien Tenaga Kerja terlebih dahulu :

Tenaga

1.      Pekerja (OH)              : 1,500

2.      Tukang batu (OH)      : 0,750

3.      Kepala tukang (OH)   : 0,075

4.      Mandor (OH)              : 0,075

Bahan

1.      Batu belah (m3)          : 1,200

2.      Semen portlan (Kg)     : 202,000

3.      Pasir pasang (m3)       : 0,485

Bagaimana jika campuran yang digunakan 1 Semen Portlan : 4 Pasir Pasang?

Koefisen tenaga sama dengan koefisien diatas, koefisien yang berubah hanya koefisien bahan karena jumlah pencampurannya berbeda,

Koefisien bahan :

1.      Batu belah (m3)          : 1,200

2.      Semen portlan (Kg)    : 163,000

3.      Pasir pasang (m3)       : 0,520

Apabila campuran yang digunakan 1 Semen Portlan : 5 Pasir Pasang?

Koefisien tenaga sama

Koefisien bahan :

1.      Batu belah (m3)          : 1,200

2.      Semen portlan (Kg)    : 136,000

3.      Pasir pasang (m3)       : 0,544

Apabila campuran yang digunakan 1 Semen Portlan : 6 Pasir Pasang?

Koefisien tenaga sama

Koefisien bahan :

1.      Batu belah (m3)          : 1,200

2.      Semen portlan (Kg)    : 117,000

3.      Pasir pasang (m3)       : 0,561

Apabila campuran yang digunakan 1 Semen Portlan : 8 Pasir Pasang?

Koefisien tenaga sama

Koefisien bahan :

1.      Batu belah (m3)          : 1,200

2.      Semen portlan (Kg)    : 91,000

3.      Pasir pasang (m3)       : 0,584

Ada beberapa pekerjaan menggunakan tambahan campuran agregat menggunakan kapur, bagaimana koefisien pekerjaan pemasangan batu belah jika ada penambahan bahan campuran dari kapur?

Berapa koefisien pemasangan 1 m3 pondasi batu belah campuran 1 Semen Portlan : 1 Kapur : 2 Pasir Pasang dalan pekerjaan pondasi batu belah?

Koefisien tenaga masih sama,

Koefisien bahan :

1.      Batu belah (m3)          : 1,200

2.      Kapur (m3)                  : 0,170

3.      Semen portlan (Kg)    : 0,170

4.      Pasir pasang (m3)       : 0,340

Bagaimana jika campuran yang digunakan 1 Semen Portlan : 3 Kapur : 10 Pasir Pasang?

Koefisen tenaga sama dengan koefisien diatas, koefisien yang berubah hanya koefisien bahan karena jumlah pencampurannya berbeda,

Koefisien bahan :

1.      Batu belah (m3)          : 1,200

2.      Semen portlan (Kg)    : 61,000

3.      Kapur  (m3)                 : 0,147

4.      Pasir pasang (m3)       : 0,492

Apabila campuran yang digunakan 1/4 Semen Portlan : 1 Kapur : 4 Pasir Pasang?

Koefisien tenaga sama

Koefisien bahan :

1.      Batu belah (m3)          : 1,200

2.      Semen portlan (Kg)    : 41,000

3.      Kapur (m3)                 : 0,131

4.      Pasir pasang (m3)       : 0,523

Dibawah pasangan batu belah pada umumnya menggunakan pasang batu kosong atau pemasangan batu tanpa menggunakan campuran agregat yang biasa disebut dengan Anstamping.

Berapa koefisien pemasangan 1 m3 batu kosong atau anstamping?

Tenaga

1.      Pekerja (OH)              : 1,780

2.      Tukang batu (OH)      : 0,390

3.      Kepala tukang (OH)   : 0,039

4.      Mandor (OH)              : 0,039

Bahan

1.      Batu belah (m3)          : 1,200

2.      Pasir urug (m3)           : 0,432

 

Pondasi lain yang terdapat koefisiennya yaitu :

Koefisien pemasangan 1 m3 pondasi siklop 60% beton campuran 1 Semen portlan : 2 Pasir Beton : 2 Kerikil : 40% batu belah?

Tenaga

1.      Pekerja (OH)              : 3,400

2.      Tukang batu (OH)      : 0,850

3.      Kepala tukang (OH)   : 0,085

4.      Mandor (OH)              : 0,170

Bahan

1.      Batu belah (m3)          : 0,480

2.      Semen portlan (Kg)    : 194,000

3.      Pasir beton                  : 0,312

4.      Kerikil (m3)                 : 0,468

5.      Besi beton (Kg)           : 126,000

6.      Kawat beton (Kg)       : 1,800

Koefisien Pemasangan 1 m3 Pondasi Sumuran, diameter 100 cm

Tenaga

5.      Pekerja (OH)              : 2,400

6.      Tukang batu (OH)      : 0,800

7.      Kepala tukang (OH)   : 0,080

8.      Mandor (OH)              : 0,119

Bahan

7.      Batu belah (m3)          : 0,450

8.      Semen portlan (Kg)    : 194,000

9.      Pasir beton                  : 0,312

10.  Kerikil (m3)                 : 0,468

 

Koefisien diatas mengacu SNI 2013

 

Download AHSP pekerjaan kayu SNI 2013


Analisa Harga Satuan Pondasi SNI 2013 bisa download disini

Cara download klik tombol panah kanan atas

Rabu, 15 Maret 2023

Hal penting dalam pekerjaan Cut and Fill

Hal Penting yang harus dilakukan didalam Pekerjaan Cut and Fill

Pekerjaan Cut and Fill merupakan suatu pekerjaan pembuka atau pekerjaan yang pertama kali dikerjakan dalam penyiapan pematangan lahan. Dalam pekerjaan Cut & Fill langkah awal yang dikerjakan yaitu pekerjaan Clearing atau pembersihan pohon, rumput, sampah-sampah dengan sebutan lain disposal yang ada dilokasi pekerjaan. Kemudian masuk pekerja surveyor untuk melakukan pengukuran yang disebut MC nol (MC-0). Fungsi MC-0 yaitu untuk mengetahui batas lahan (Boundary) dan juga elevasi existing (Z) yang nantinya akan dipakai untuk perhitungan Luasan dan Volume dengan menggunakan Software Civil 3D. Hal-hal apa saja yang harus diperhatikan dalam melaksanakan pekerjaan Cut & Fill.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam mengerjakan pekerjaan Cut & Fill yaitu sebagai berikut:

1.    Dalam kondisi tanah sawah atau berlumpur perlu dilakukan pengetesan (Dynamic Cone Penetrometer) DCP sebelum dilakukan pekerjaan clearing, hal ini dilakukan dengan tujuan untuk menentukan kedalaman yang mencapai tanah keras dengan hasil minimum 4-6% sebagai platform atau untuk tanah dasar di area lahan timbunan/fill. Setelah diketahui kedalaman lumpur dapat dilakukan pengkuran atau Stake Out untuk elevasi existing dan dapat dilakukan clearing dan pengangkatan lumpur sesuai dengan kedalaman hasil test DCP yang sudah diperoleh. Setelah lumpur diangkat dan dipindahkan dapat dilakukan pekerjaan pengukuran pengambilan data elevasi galian lumpur yang nantinya akan digunakan untuk menghitung volume lumpur yang sudah diambil. Catatan, apabila lumpur akan digunakan untuk timbunan kembali maka lumpur dikeringkan dan dicampur atau di blending dengan tanah asli agar kualitas tanahnya menjadi lebih baik.

2.    Dilokasi area galian atau area Cut perlu dilakukan pengambilan sampel tanah dan diuji Proctor dan uji lainnya di laboratorium untuk mengetahui kadar air, berat volume,berat jenis, dll. Dilokasi area timbunan atau area Fill dilakukan pengujian Sand Cone untuk pengecek kepadatan lapangan dengan membandingkan hasil pengujian lapangan dengan hasil pengujian di laboratorium.

 

Baca disini cara pengujian Sand cone dalam SNI 2828:2011

 

3.    Proses penimbunan yang dilakukan harus berdasarkan hasil pelaksanaan Trial Compaction. Apa yang dimaksud trial compaction? Trial Compaction yaitu kegiatan percobaan penimbunan dengan melakukan berbagai ukuran tebal timbunan dan banyaknya lintasan pemadatan. Misal trial pertama dengan timbunan menggunakan tebal gembur 23 cm dengan pemadatan 5 kali lintasan pemadatan maju-mundur. Trial kedua dengan timbunan menggunakan tebal gembur 23 cm dengan pemadatan 10 kali lintasan pemadatan maju-mundur. Trial ketiga dengan timbunan menggunakan tebal gembur 33 cm dengan pemadatan 5 kali lintasan pemadatan maju-mundur. Trial keempat dengan timbunan menggunakan tebal gembur 33 cm dengan pemadatan 10 kali lintasan pemadatan maju-mundur. Trial kelima dengan timbunan menggunakan tebal gembur 43 cm dengan pemadatan 5 kali lintasan pemadatan maju-mundur. Trial keenam dengan timbunan menggunakan tebal gembur 43 cm dengan pemadatan 10 kali lintasan pemadatan maju-mundur. Dari 6 kali trial compection atau percobaan pemadatan tersebut diambil 1 (satu) ketetapan tebal gembur dan mendapat hasil tebal padat timbunan per layer serta jumlah lintasan pemadatan yang dilakukan. Percobaan tebal gembur dan jumlah lintasan diatas dapat disesuaikan dengan kondisi lokasi dan jenis tanah yang ada dilapangan.

4.    Penimbunan dilakukan layer per layer dengan ketebalan yang sudah ditentukan dari hasil trial compaction kemudian digelar/dihampar menggunakan alat berat buldozer dan dipadatkan menggunakan alat berat pemadat yaitu Sheep Foot dan Smooth Drum. Setelah mencapai jumlah lintasan pemadatan dilakukan pengecekan kepadatan dengan menggunakan Test Sand Cone, pemimbunan dilakukan layer per layer sesuai dengan prosedur pekerjaan sampai dengan batas elevasi yang direncanakan.

5.    Dalam ketinggian tertentu harus dilakukan pengerjakan slope atau kemiringan lereng dengan perbandingan kemiringan tertentu, misalnya kemiringan dengan 1 : 2,5. Hal ini perlu dilakukan karena untuk mencegah terjadinya longsor. Apabila terjadi longsor, pekerjaan perbaikan longsor akan lebih sulit dan membutuhkan biaya yang mahal jika pekerjaan slope diabaikan.

6.    Perlu dilakukan pengalihan aliran air sementara di area galian dan timbunan agar lokasi pekerjaan tidak terdapat genangan air yang akan mengganggu aktivitas jalannya pekerjaan.

 Baca juga disini Pekerjaan Tanah Cut and Fill

Beberapa hal-hal ditas yang perlu diperhatikan dalam pekerjaan Cut and Fill, agar mutu & kualitas pekerjaan terjaga.

Senin, 13 Maret 2023

AHSP Pekerjaan Kayu 2013

 Harga Satuan Pekerjaan Kayu

Dalam suatu pekerjaan Proyek Pembangunan selalu didahulukan dengan perhitung Rencana Anggaran Biaya, contoh dalam pekerjaan kayu yang terdiri dari beberapa pekerjaan diantaranya pekerjaan kusen. Dalam perhitungan pekerjaan kusen harus memperhitungkan harga satuan bahan kemudian diperlukan koefisien perhitungan upah pekerjaan, kebutuhan bahan dan peralatan. Kebutuhan bahan kayu juga perlu diperhitungkan jenis kayu yang dipakai atau kelas kayu yang akan digunakan. Pekerjaan pembuatan daun pintu, daun jendela juga perlu diperhitungkan analisa-analisa seperti diatas. Berapa ukuran kayu untuk bahan pembuatan kusen? Ada beberapa ukuran yang digunakan oleh tukang kayu, terkadang ukuran sudah sesuai dengan sipembuat gambar/tukang design. Pada umumnya ukuran kusen dengan kayu kelas I menggunakan ukuran 6 cm x 14 cm, apabila menggunakan kayu kelas II dimensi kayu lebih dipertebal agar kekuatannya juga bertambah, umunya menggunakan ukuran 7 cm x 14 cm. Dalam pekerjaan daun pintu akan ada banyak varian bahan yang akan digunakan dan varian kelas kayu yang digunakan. Varian tersebut diantaranya terbuat dari kayu lembaran, kayu panel-panel atau kisi-kisi, pintu plywood, pintu bingkai kayu kombinasi kaca, dll. Ukuran dari pintu-pintu tersebut menyesuaikan dengan ukuran kusennya. Pekerjaan jendela pada umumnya menggunakan bingkai kayu dan ditambah dengan kisi kaca, ukuran jendela ini juga menyesuaikan terhadap kusennya.

Selain pekerjaan kusen, pintu dan jendela juga ada pekerjaan kayu untuk konstruksi kuda-kuda. Kontruksi kuda-kuda ini banyak sekali macam bentuknya atau design kontruksinya. Kontruksi kuda-kuda ada yang tersembunyi ada pula yang terlihat, perlu diperhatikan selain kontruksi kuda-kuda yang kuat juga harus diperhatikan pula keindahan/estetikanya apabila kontruksi kuda-kuda expose. Berapa ukuran kayu untuk bahan konstruksi kuda-kuda? Pada umumnya ukuran kayu bahan kontruksi kuda-kuda yaitu 8 cm x 12 cm. akan tetapi ukuran tersebut bisa bervariasi tergantung berat beban yang akan dipikul kuda-kuda tersebut tergantung bahan atap yang akan dipakai.

Pekerjaan Gording dan Nok juga diperlukan bahan dari kayu, penting dan perlu diperhatikan kualitas bahannya. Dimensi atau ukuran kayu untuk bahan gording tidak beda jauh dengan kayu untuk bahan kontruksi kuda-kuda, akan tetapi dimungkinkan kualitas kayu gording bisa lebih rendah dari pada kualitas kayu untuk kontruksi kuda-kuda. Berapa ukuran kayu untuk bahan Gording? Ukuran kayu bahan untuk gording tidak jauh beda dengan kayu untuk kuda-kuda yaitu 8 cm x 12 cm, dan juga akan bervariasi pula sesuai beban atap yang akan dipakai.

Diatas Gording terdapat rangka atap yang terdiri dari Kaso atau Usuk dan diatasnya lagi terdapat Reng yang terletak langsung dibawah genteng atau penutup atap lainnya. Ukuran Kaso yaitu 5 cm x 7 cm dan ukuran kayu Reng 2 cm x 3 cm. Bahan yang hampir mirip dengan kaso atau usuk yaitu rangka langit-langit atau yang sering disebut plafond, yaitu 5 cm x 5 cm dengan kelas kayu biasanya dibawah dari bahan kaso.

 

Analisa Harga Satuan Pekerjaan Kayu tahun 2013 bisa download disini


Cara download klik tombol panah kanan atas

Minggu, 12 Maret 2023

Bangunan Intake

Pekerjaan Bangunan INTAKE (Raw Water Intake and Pump House)

Bangunan Intake atau Intake Building merupakan bangunan pengambilan air yang terletak di tepi sungai, waduk ataupun danau, yang bertujuan untuk mengalirkan air ke suatu kolam atau penampungan yang selanjutnya dilakukan pengolahan. Intake atau air baku yang sudah dialirkan ke kolam penampungan akan mendapatkan proses pengolahan sehingga outputnya menjadi air bersih.

Apa saja Bangunan Intake yang ada di lokasi pengambilan air baku? Bangunan yang harus ada di lokasi pengambilan air yaitu Bangunan Pintu Air, bangunan pintu air ini akan dihubungkan ke bangunan Water Meter. Untuk apa dipasang Water Meter? Sumber air yang diambil dari sungai, waduk atau danau pasti tidak hanya diambil begitu saja tanpa adanya pengukuran meter air yang masuk ke bangunan intake. Karena air tersebut ada pemiliknya entah dari pemerintah pusat atau pemerintah daerah ataupun pihak lainnya. Bangunan water meter dibangun untuk meletakkan mesin atau alat pengukuran meter air dari sumber air melalui jalur pipa yang akan dialirkan langsung ke Bangunan Intake.

Selanjutnya ada Bangunan Bak Pengumpul dan Rumah Pompa. Setelah air masuk melalui water meter maka selanjutnya air akan diteruskan ke bangunan bak pengumpul yang bersebelahan dengan bangunan rumah pompa. Bangunan bak pengumpul dilengkapi pula bangunan bak kontrol yang memiliki fungsi yaitu untuk memisahkan sampah-sampah yang terbawa air masuk ke bak pengumpul, karena air yang masuk tidak selalu bersih dari kotoran, misalnya daun ranting-ranting kecil dll. Tidak hanya bak kontrol sebagai tempat menyisihkan/memisahkan kotoran dan sampah-sampah, bak kontrol juga di bantu filter kotoran dari mulai air masuk sudah ada filter kotoran yang terletak di pintu air.

Fungsi Bangunan rumah pompa digunakan untuk memyimpan pompa air bertekanan. Pompa yang digunakan untuk menyedot atau mengambil air di bak pengumpul dengan berbagai bentuk sambungan-sambungan pipa yang kemudian diteruskan ke kolam penampungan. Pekerjaan bangunan intake ini tidak terlepas dari pekerjaan Mekanikal dan Elektrikal, karena banyak komponen-komponen pipa, pengelasan, aksesoris-aksesoris mekanikal elektrikal, panel-panel listrik, instalasi listrik dll yang harus dipasang.

Bangunan yang lain sebagai pendukung yaitu rumah Gardu PLN yang berfungsi untuk menjalankan mesin-mesin pompa dan peralatan lain yang menggunakan daya listrik. Rumah Genset digunakan untuk listrik emergency apabila listrik PLN mati, rumah genset juga harus dilengkapi dengan tanki bahan bakar berkapasitas isi tertentu sesuai kebutuhan. Rumah untuk penjaga/satpam, tempat workshop dan gudang. Selain bangunan juga ada pekerjaan saluran-saluran, tempat pembuangan atau septic tank, kemudian pekerjaan akses jalan, pagar pengaman dan pekerjaan-pekerjaan lain untuk pendukung bangunan.

Berikut adalah gambaran sederhana bangunan intake, akan tetapi praktiknya bangunan intake adalah bangunan yang digunakan untuk pembangunan skala besar misalnya pengambilan air yang digunakan untuk kebutuhan masyarakat banyak, untuk air PDAM, untuk pembangunan kawasan atau untuk pabrik yang membutuhkan air bersih cukup banyak.

Sekian, apabila ada yang kurang jelas silahkan berikan komentar dibawah. Terimakasih kepada teman-teman pembaca, semoga ilmu ini bermanfaat.

Baca juga artikel yang lain di https://tentangduniasipil.blogspot.com/

Sabtu, 11 Maret 2023

Pekerjaan Tanah Cut and Fill

 Pekerjaan Cut and Fill atau Pekerjaan Galian dan Timbunan

Pekerjaan Cut and Fill merupakan pekerjaan menggali dan menimbun tanah dengan tujuan untuk meratakan lahan yang berbukit dan lembah menjadi suatu bidang datar dengan ketinggian tertentu dan kemiringan tertentu sesuai dengan design yang ditetapkan oleh perancana. Didalam pekerjaan Cut and Fill biasanya menggunakan alat berat untuk area Cut dengan bantuan alat berat Excavator. 


excavator
Excavator

Alat berat Excavator ini memiliki berbagai merk sehingga memiliki kapasitas produksi yang berbeda-beda tergantung type dan kapasitas bucket excavator itu sendiri. Selain kapasitas bucket dan besar kecilnya excavator, umur atau tahun pembuatan excavator juga dapat berpengaruh terhadap kapasitas produksinya. Hal ini disebabkan karena excavator yang umurnya sudah tua akan lebih sering storing/repair atau perbaikan. Selain excavator dalam pekerjaan Cut atau Galian akan membutuhkan alat angkut yaitu Dump Truck yang akan berfungsi mengangkut tanah hasil cut ke area fill atau area timbunan. Kebutuhan jumlah Dump Truck (DT) disesuaikan dengan jumlah dan kapasitas produksi excavator dimasing-masing excavator. 


dump-truck
Dump Truck

Bagaimana cara mengetahui kapasitas produksi excavator? Menentukan kapasitas produksi excavator sudah banyak dilakukan oleh penelitian para ahli, akan tetapi jauh lebih tepat dan akurat jika dilakukan pengamatan langsung dilapangan, karena kondisi tanah atau jenis tanah akan berpengaruh terhadap kapasitas produksinya. Misalkan dilokasi tanah merah excavator dapat menghasilkan 70-85 m3/exca/jam, namun berbeda dengan tanah yang berbatu dimungkinkan kapasitas produksi excavator hanya dapat kapasitas produksi setengahnya dibandingkan di area cut tanah merah. Oleh karena itu diperlukan pengamatan pekerjaan penggalian tanah dengan bucket dalam waktu 1 (satu) jam. Pengamatan ini dilakukan beberapa kali untuk mendapatkan hasil yang akurat sehingga hasil pengamatan dapat digunakan untuk menyediakan jumlah armada Dump Truck.

Selain untuk mengetahui jumlah DT yang diperlukan dari pengamantan tersebut juga dapat digunakan untuk analisa kebutuhan alat dilokasi hamparan atau timbunan. Alat yang diperlukan di area timbunan yaitu Buldozer, Vibro Sheep Foot Roller, Vibro Smooth Drum Roller. Alat-alat berat tersebut juga memiliki merk dan type yang berbeda-beda sehingga diperlukan analisa yang matang yang sesuai dengan kapasitasnya.


buldozer
Buldozer

Sheep-foot
Sheep Foot

smooth-drum
Smooth Drum

Alat berat lainnya sebagai pendukung pekerjaan Cut and Fill yaitu Water Tank dan Motor Grader. Apa kegunaan Water Tank di pekerjaan tanah Cut an Fill? Tanah hamparan yang kering akan menyebabkan debu, selain itu hal yang tidak kalah pentingnya apabila tanah dipadatkan tidak akan bisa padat dengan sempurna karena ada batas maksimum dan minimum kadar air. Sehingga Water Tank ini sangat diperlukan untuk penyiraman sehingga didapatkan kadar air yang sesuai dengan batas maksimum dan minimum dipersyaratkan. Untuk menentukan kadar air dan kepadatan tanah dilakukan pengujian Sand Cone Test dan CBR Test di level atas kavling. 


sand-cone-test
Sand Cone Test

Baca juga disini Sandcone test SNI 2828:2011


Apa kegunaan Motor Grader dalam pekerjaan Tanah Cut and Fill? Alat berat ini digunakan untuk leveling kavling yang sudah jadi supaya rata atau flat dan pastinya dibuat kemingan tertentu agar tidak terdapat genangan air di area tengah kavling. Selain untuk meratakan, Motor Grader juga digunakan untuk pembentukan badan jalan dengan level tertentu dan juga digunakan untuk penghamparan material pembuatan jalan seperti limestone ataupun base course.

Hasil pengamatan kapasitas produksi juga dapat digunakan untuk monitoring mingguan Opname Cut and Fill dan juga dapat digunakan sebagai Schedule dan pembuatan analisa penyelesaian pekerjaan Cut and Fill. Selain opname dengan data pengukuran tembakan Joint Survey dari surveyor dapat dikakukan monitoring harian dengan menggunakan data reetase Dump Truck.

Didalam penyiapan lahan untuk didirikan sebuah bangunan atau untuk penyiapan lahan terbuka dan datar yang biasa disebut juga dengan istilah kavling ini, diperlukan adanya pekerjaan Cut & Fill. Pekerjaan Cut and Fill ini akan lebih dominan atau pekerjaan primer dibandingkan dengan pekerjaan-pekerjaan lain, misalnya pekerjaan drainage atau pekerjaan akses jalan. Pekerjaan selain Cut and Fill akan bergantung dengan pekerjaan Cut and Fill, apabila pekerjaan Cut and Fill selesai pekerjaan lain dapat dikerjakan, dan sebaliknya apabila pekerjaan Cut and Fill tidak selesai pekerjaan lain juga tidak akan bisa selesai.

Demikian artikel ini, semoga dapat membantu dan bermanfaat bagi teman-teman pembaca. Apabila ada yang kurang dalam pembahasan ini, silahkan tuliskan dikolom komentar agar menjadi bahan penulisan berikutnya. Terimakasih.

Baca juga pembahasan lainnya disini https://tentangduniasipil.blogspot.com/

Jumat, 10 Maret 2023

Penjadwalan Proyek Konstruksi

 Level Work Breakdown Structure (WBS) dalam Penjadwalan Proyek

Penjadwalan Proyek atau Project Schedule merupakan hal yang sangat diperlukan dalam melaksanakan pekerjaan proyek. Penjadwalan ini dibuat tidak hanya mengontrol pekerjaan saja akan tetapi dapat digunakan juga untuk mengontrol kebutuhan SDM, material dan juga untuk mengontrol biaya pelaksanaan. Didalam penjadwalan ada istilah Work Breakdown Structure (WBS) yang didalamnya ada beberapa level atau tingkatan struktur rincian kerja.

Dalam artikel sebelumnya sudah ada pembahasan mengenai Project Schedule, baca disini Project Schedule

Didalam pembuatan jadwal pekerjaan proyek hal yang penting yaitu harus mengetahuan pekerjaan-pekerjaan dan rincian anakan-anakan pekerjaan apa saja yang akan dikerjakan, kemudian yang lebih penting juga Rencana Anggaran Biaya didalam pengajuan tender harus di review ulang kemudian dijadikan Rencana Anggaran Pelaksanaan. Penjadwalan ini dapat dibuat dengan cara yang sederhana sampai dengan cara yang rumit tergantung proyek yang akan dikerjakan. Apabila project yang akan dikerjakan mudah maka hanya diperlukan penjadwalan yang sederhana dan begitupun sebaliknya apabila project yang dikerjakan besar dan memerlukan jangka pelaksanaan yang panjang maka diperlukan penjadwalan yang matang dan rumit.

Penjadwalan yang sederhana dapat dibuat dengan menggunakan bentuk bar chart. Bar chart ini dapat dibuat menggunakan excel, ms word, bahkan dapat dibuat menggunakan sketsa tangan. Penjadwalan menggunakan excel bisa dibuat sederhana dan juga dapat dibuat yang rumit seperti yang dijelaskan diatas. Penjadwalan menggunakan excel dengan membuat kurva-S atau S-Curve dapat dikategorikan sederhana dan dapat pula dikategorikan rumit. Apabila proyek yang dikerjakan kecil dan dikerjakan dengan jangka waktu yang pendek meskipun penjadwalannya dibuat kurva S tetap saja masih dikatakan sederhana. Penjadwalan dikatakan rumit apabila didalam penjadwalan proyek tersebut ada Struktur Rincian Kerja yang terdiri dari 3 Level atau lebih. Didalam Struktur Rincian Kerja atau yang sering disebut WBS (Work Breakdown Structure) ini memiliki 5 (lima) level atau lima tingkatan.

Apa yang dimaksud level WBS itu? Level didalam WBS itu adalah sebuah pekerjaan primer atau utama yang kemudian dipekerjaan tersebut didalamnya masih ada pekerjaan-pekerjaan yang lain. Pekerjan-pekerjaan lain tersebut harus pula dijadwalkan dengan detail agar penjadwalan bisa dikontrol kemudian dalam pengalokasian waktu, Sumber Daya Manusia (pekerja), material dan biaya dapat dikontrol dengan jelas. Nah dari pekerjaan-pekerjaan inilah tersusun tingkatan-tingkatan pekerjaan atau yang disebut dengan istilah level pekerjaan.

Silahkan berikan komentar jika artikel ini kurang jelas dan terimakasih sudah mampir ke blog ini. Semoga blog ini bisa memberikan wawasan dan dapat membantu kesulitan teman-teman pembaca. Kunjungi juga artikel-artikel yang lainnya di laman

https://tentangduniasipil.blogspot.com/

Kamis, 09 Maret 2023

Rancangan Standar Nasional Indonesia RSNI T-03-2005

Rancangan Standar Nasional Indonesia RSNI T-03-2005

Perencanaan struktur baja untuk jembatan


 Yang termuat dalam RSNI T-03-2005 adalah berikut ini:

Persyaratan umum perencanaan struktur baja

Perencanaan komponen struktur tarik

Perencanaan komponen struktur tekan

Perencanaan komponen struktur lentur

Perencanaan gelagar komposit

Perencanaan jembatan rangka

Perencanaan lantai kendaraan

Perencanaan sambungan

Ketentuan untuk perencanaan struktur khusus

Pemeriksaan perencanaan terhadap fatik

Ketentuan untuk perencanaan struktur tahan gempa

 

Berikut dibawah ini adalah daftar referensi SNI Baja :

SNI 07-0052-1987, Baja kanal bertepi bulat canai panas,mutu dan cara uji

SNI 07-0068-1987, Pipa baja karbon untuk konstruksi umum, mutu dan cara uji

SNI 07-0138-1987, Baja kanal C ringan

SNI 07-0329-1989, Baja bentuk I bertepi bulat canai panas, mutu dan cara uji

SNI 07-0358-1989-A, Baja, peraturan umum pemeriksaan

SNI 07-0722-1989, Baja canai panas untuk konstruksi umum

sni 07-0950-1989, Pipa dan pelat baja bergelombang lapis seng

SNI 07-2054-1990, Baja siku sama kaki bertepi bulat canai panas, mutu dan cara uji

SNI 07-2610-1992, Baja profil H hasil pengelasan dengan filter untuk konstruksi umum

SNI 07-3014-1992, Baja untuk keperluan rekayasa umum

SNI 07-3015-1992, Baja canai panas untuk konstruksi dengan pengelasan

SNI 03-6861-2002, Spesifikasi bahan bangunan bagian B (bahan bangunan dan besi/baja)

 

Baca juga disini Tabel Profil Kostruksi Baja


Apabila akan melakukan design bangunan jembatan dengan konstruksi baja harus tahu prinsip umum perencanaan

1.      Asumsi dan anggapan perencanaan mengikuti ketentuan yang sudah ditetapkan

2.      Perencanaan berdasarkan beban dan kekuatan terfaktor

3.      Perencanaan berdasarkan batas layan

4.      Metode perencanaan khusus

5.      Metode analisis

 

Didalam RSNI termuat beberapa hal: Sifat mekanis baja :

Modulus elastisitas, Modulus geser, Angka poisson, Koefisien pemuaian

Baja struktural

Syarat penerimaan baja

Alat sambung baut mur dan ring, las, baut angkur

Faktor beban dan kekuatan

Tabel Faktor Reduksi Kekuatan

Perencanaan komponen struktur tarik

Rumus kuat tarik

Tabel perbandingan maksimum lebar terhadap tebal

Rumus kuat tekan rencana akibat tekuk lentur dan puntir

Perencanaan lentur, adanya momen

Kelangsingan penampang, penampang kompak

Perencanaan pelat badan

Rumus kuat geser, kuat tekuk, metode distribusi, gaya tekan tumpu, lentur pelat sayap

Perencanaan gelagar komposit

Perencanaan jembatan rangka

Pengaruh beban global, pengaruh beban lokal

Perencanaan lantai kendaraan

Ukuran minimum las sudut

Rencana sanbungan artikulasi

Persyaratan pondasi, penyelidikan tanah,

Dll.

Lengkapnya download file dibawah ini, klik tombol panah kanan atas.