Sabtu, 18 Februari 2023

Laporan Observasi Kuda-kuda Kayu

 

UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH

Konstruksi Kayu 1

yang dibina oleh Bapak Heru Muryanto

 

 Oleh

Agus Mujiono                       (140521602410) 

 

UNIVERSITAS NEGERI MALANG FAKULTAS TEKNIK

JURUSAN TEKNIK SIPIL

PRODI S1 PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN

Desember 2015

1.      Pendahuluan

1.1  Latar Belakang

Rumah yang dibangun pada jaman dahulu memiliki bentuk yang rata-rata sama didalam satu daerah karena menyesuaikan adat bentuk rumah daerah setempat. Pada umumnya rumah tersebut memiliki luas yang besar dengan alasan desain yang masih kuno, ataupun karena lahan yang begitu luas sehingga mampu didirikan rumah yang begitu besar. Rumah adalah suatu bangunan yang dijadikan tempat tinggal selama jangka waktu tertentu (Wikipedia.com). Tempat berteduh dan sekaligus sebagai tempat tinggal dimana rumah tersebut cukup untuk ditinggali seluruh anggota keluarga, namun orang pada jaman dahulu membangun rumah bukan karena kesesuaian fungsi melainkan ketersediaan lahan karena dahulu belum banyak didirikan rumah, toko, kantor, dll. Desain yang juga masih meniru rumah-rumah sebelumnya ada yang membangun rumah bentuk joglo kemudian menirunya ada pula karena faktor anggota keluarga, jadi apabila anak-anak dalam keluarga banyak akan dibangun rumah yang besar yang mampu menampung seluruh anggota keluarga itu.

Pembangunan rumah secara bertahap pada jaman dahulu mulai dari hamparan lapangan yang didirikan sebuah bangunan, dengan perkembangan jaman maka dibangun pondasi yang berasal dari batu yang kemudian ditata rapi dan didirikan sebuah rumah dari tiang-tiang kayu dan dengan dinding papan. Seiring berjalannya waktu pondasi yang berasal dari batu-batu yang hanya ditata telah diganti dengan pondasi yang jauh lebih kokoh lagi yaitu dengan batu yang ditata dengan perekat (semen, pasir, air) kemudian baru didirikan lagi rumah tersebut. Berkembangnnya jaman membawa perubahan rumah yang berasal dari papan lama-kelamaan menghilang dan diganti dengan rumah yang lebih kokoh lagi yakni bangunan dari tembok. Meski sampai saat ini masih dipertahankan bangunan yang berasal dari papan. Namun sangatlah sedikit jika dibandingkan dengan bangunan-bangunan permanen yang berasal dari dinding tembok itu sendiri.

Atap adalah penutup atas suatu bangunan yang melindungi bagian dalam bangunan dari hujan maupun salju. Bentuk atap ada yang datar dan ada yang miring, walaupun datar harus difikirkan untuk mengalirkan air agar bisa jatuh (Wikipedia.com). Atap menjadi sebuah icon atau mahkota pada suatu rumah sehingga sangat penting sekali kaitannya dengan estetika pada sebuah rumah itu sendiri. Bentuk dan bahan sebuah atap rumah akan mempercantik tampilan rumah suatu contoh atap pada jaman dahulu menggunakan atap tumbuh-tumbuhan, ada yang memakai rumput alang-alang ada pula yang mengunakan daun kelapa yang sudah kering. Berangsur-angsur atap tersbut berganti seiringnya kemajuan jaman mulai berubah menjadi sirap yang berasal dari kayu kemudian berubah menjadi genteng dari tanah liat berukuran kecil dan hanya terdapat beberapa bentuk saja yang dalam mendapatkannya sangat susah sekali, kemudian berkembang genteng menjadi banyak yang memproduksi sehingga kebutuhan mudah mencari dan membawanya. Pada saat ini genteng terdapat banyak berbagai macam jenis dan ditinjau dari bahannya gentang ada yang terbuat dari tanah, beton, galfalum, dll. Semakin maju lagi penutup atap rumah dengan bahan penutup selain genteng yakni asbes dll, dari segi kelebihan asbes lebih murah dan lebih ringan daripada genteng.

Bagian yang terletak dibagian bawah penutup atap pada umumnya ada kayu reng kemudian ada usuk dibawahnya ada gording dibawahnya lagi terdapat kuda-kuda. Kuda pada umumnya menggunakan kayu untuk konsturksinya dengan pemilihan kayu yang mampu memikul berat beban penutup atapnya. “Kayu sebagai hasil hutan sekaligus hasil sumber kekayaan alam, merupakan bahan mentah yang mudah diproses untuk dijadikan barang sesuai dengan kemajuan teknologi” (J.F. Dumanauw, 2001:13). Bahan jenis kayu lebih diminati masyarakat karena mudah terjangkau dan pertimbangan estetika dan keawetan. Bahan kayu untuk konstruksi kuda-kuda mudah dalam penyambungan baik dengan alat manual atau alat masinal. Pembangunan suatu rumah utamanya kerangka atap kuda-kuda pasti membutuhkan perencanaan mulai dari 0% sampai dengan 100% untuk mencapai bangunan yang kuat seperti yang diharapkan. Oleh karena itu perlu diketahui dan dihitung berapa volume dan anggaran biaya yang harus dikeluarkan untuk pembuatan kuda-kuda kayu yang digunakan pada rumah itu sendiri.

Informasi tentang kayu baca disini Bagian-bagian kayu, sifat kayu, rumus kadar air kayu, rumus penyusutan kayu

1.2  Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam laporan ini dijabarkan sebagai berikut:

a.       Bagaimana bentuk denah rumah yang akan disurvey?

b.      Apa sejarah rumah yang disurvey?

c.       Apa kayu yang digunakan pada kuda-kuda rumah yang disurvey?

d.      Bagaimana bentuk kuda-kuda rumah yang akan disurvey?

e.       Berapa volume dan anggaran biaya kuda-kuda kayu yang digunakan pada rumah yang disurvey?

f.        Apa saja sambungan yang digunakan kuda-kuda pada rumah yang disurvey?

g.      Bagaimana metode pelaksanaan pembuatan kuda-kuda pada rumah yang disurvey?

h.      Bagaimana metode pelaksanaan pendirian kuda-kuda pada rumah yang disurvey?

 

1.3  Tujuan

Berikut tujuan dalam laporan ini dijabarkan sebagai berikut:

a.       Memaparkan bentuk denah rumah yang akan disurvey.

b.      Memaparkan sejarah rumah yang disurvey.

c.       Memaparkan kayu yang digunakan pada kuda-kuda rumah yang disurvey.

d.      Memaparkan bentuk kuda-kuda rumah yang akan disurvey.

e.       Mengetahui volume dan anggaran biaya kuda-kuda kayu yang digunakan pada rumah yang disurvey.

f.        Memaparkan sambungan yang digunakan kuda-kuda pada rumah yang disurvey.

g.      Memaparkan metode pelaksanaan pembuatan kuda-kuda pada rumah yang disurvey.

h.      Memaparkan metode pelaksanaan pendirian kuda-kuda pada rumah yang disurvey.

 

1.4 Tempat dan waktu observasi

Observasi dilakukan di RT: -/- Dsn: - Desa: - Kecamatan: - Kabupaten: Pacitan Pada tanggal 26 September 2015.

2.1 Bentuk denah rumah

Pembangunan rumah secara bertahap pada jaman dahulu mulai dari hamparan lapangan yang didirikan sebuah bangunan, dengan perkembangan jaman maka dibangun pondasi yang brasal dari batu yang kemudian ditata rapi dan didirikan sebuah rumah dari tiang-tiang kayu dan dengan dinding papan. Seiring berjalannya waktu pondasi yang berasal dari batu-batu yang hanya ditata telah diganti degan pondasi yang jauh lebih kokoh lagi yaitu dengan batu yang ditata dengan perekat (semen, pasir, air) kemudian baru didirikan lagi rumah tersebut. Berkembangnnya jaman membawa perubahan rumah yang berasal dari papan lama-kelamaan menghilang dan diganti dengan rumah yang lebih kokoh lagi yakni bangunan dari tembok. Meski sampai saat ini masih dipertahankan bangunan yang besal dari papan. Namun sangatlah sedikit jika dibandingkan dengan bangunan-bangunan permanen yang berasal dari dinding tembok.

Desain rumah yang rata-rata dihadapkan kearah barat karena mengutamakan pencahayaaan sehingga cahaya matahari bisa masuk kedalam rumah diwaktu pagi hari, cahaya pagi bisa langsung masuk ke dalam ruangan kamar utamanya kemudian jika cahaya disore hari cahaya tertutup oleh teras rumah. Desain ruangan yang luas tidak sesuai dengan fungsinya, namun ukuran ruangan untuk kamar tidur diminimalisasikan. Ukuran ruang tamu yang juga tidak sesuai setandar karena mempertimbangkan bahwa ruang tamu sebagai tempat berkumpulnya keluarga, tetangga-tetangga dalam suatu acara rutinan jadi didesain dengan cukup lebar. Adapun alasan lain karena anggota keluarga yang banyak maka didesainlah rumah yang besar terutama ukuran ruang tamu. Kemudian peletakan kamar mandi yang masih diluar rumah karena adanya lahan kosong dan karena mengutamakan faktor kebersihan, baik air dan bau yang jauh dari ruangan-ruangan.


2.2 Sejarah singkat rumah

Rumah sebagai arsitektur tadisional memiliki kerangka bangunan dari setruktur beton dengan jumlah 7 portal dengan dinding batu bata merah, rangka atap kuda-kuda terbuat dari kayu dengan jumlah 6 kuda-kuda ukuran 6 meter, 3 kuda-kuda ukuran 3 meter, dan 2 setega kuda-kuda ukuran 2,5 meter. Penutup atap berbentuk joglo yang mencirikan khas rumah adat jawa, rumah dari warisan nenek moyang terdahulu yang dibangun dengan konsep rumah joglo pula yang sampai saat ini masih dipertahankan bentuknya meski ada sedikit perubahan dalam segi bentuknya.

Rumah dihadapkan menghadap kiblat digambarkan penghuni selalu mengingat tuhannya, seluruh anggota keluarga wajib menjalankan aktifitas yang berkaitan dengan ritual ibadah terhadap tuhan pencipta alam semesta dan tuhan pemberi rizki. Ruang kamar sejumlah 4 kamar terdiri dari kamar utama, kamar anak, dan kamar tamu. Desain ruang tamu yang lebar disiapkan untuk para saudara, tamu tetangga yang berkumpul untuk mengikuti aktifitas rutinan. Nah yang paling khas dan yang harus ada adalah rumah dapur (pawon) yang harus ada tidak bergabung dengan ruangan-ruangan yang lain kecuali yang berkaitan dengan aktifitas dadalam dapur dan aktifitas makan. Letak kamar mandi tidak diletakkan dekat ruangan kamar atau ruang keluarga melainkan dekat ruang dapur karena dianggap yang lebih membutuhkan air adalah ruangan dapur. Rumah ini dibangun sudah puluhan tahu lamanya akan tetapi baru-baru ini dibangun atau direnovasi sekitar tahun 2010, bahah-bahan yang sudah rusak diganti dengan bahan yang baru, komponen yang sudah keropos diganti juga dengan bahan yang baru, yang lebih berbahaya kayu reng yang keropos yang sangat perlu sekali diganti dengan yang baru yang jauh lebih kuat karena yang semula genting biasa sekarang dirubah dengan genteng beton.

2.3 Kayu yang digunakan pada kuda-kuda rumah

Rumah sebagai tempat berteduh dan sekaligus sebagai tempat tinggal dimana rumah tersebut cukup untuk ditinggali seluruh anggota keluarga yang mampu menciptakan suasana yang nyaman dana aman. Selain struktur bangunan yang harus kuat bangunan juga harus memiliki kerangka atap yang kuat pula. Atap menjadi sebuah icon atau mahkota pada suatu rumah sehingga sangat penting sekali kaitannya dengan estetika pada sebuah rumah itu sendiri. Bentuk dan bahan sebuah atap rumah akan mempercantik tampilan rumah suatu contoh atap pada jaman dahulu menggunakan atap tumbuh-tumbuhan, ada yang memakai rumput alang-alang ada pula yang mengunakan daun kelapa yang sudah kering.

Bagian yang terletak dibagian bawah penutup atap pada umumnya ada kayu reng kemudian ada usuk dibawahnya ada gording dibawahnya lagi terdapat kuda-kuda. Kuda pada umumnya menggunakan kayu untuk konsturksinya dengan pemilihan kayu yang mampu memikul berat beban penutup atapnya. Bahan jenis kayu lebih diminati masyarakat karena mudah terjangkau dan pertimbangan estetika dan keawetan. Bahan kayu untuk konstruksi kuda-kuda mudah dalam penyambungan baik dengan alat manual atau alat masinal. Kayu yang digunakan pada kuda-kuda ini adalah kayu kelas II yaitu kayu akasia. Kayu akasia ini sangat kuat digunakan sebagai kerangka atap kuda-kuda, selain sebagai kuda-kuda kayu akasia juga digunakan sebagai gording yang mampu memikul beban atap yang disalurkan oleh usuk dan reng. Balok usuk yang digunakan yaitu kayu lunak kelas III yaitu kayu sengon laut dan menggunakan reng kayu salam sebagai pemikul beban dari penutup atap yang terbuat dari genteng beton. Untuk kuda-kuda ruang dapur (pawon) digunakan kayu sengon jawa, dipilihnya sengon jawa karena mempertimbangkan bahwa orang desa itu jika memasak menggunakan tungku, dengan asap tungku dan panas tungku tersebut dapat mengawetkan kayu pada kerangka kuda-kuda tersebut sehingga kayu sengon awet dari serangan hama penyebab kerusakan kayu.

2.4 Bentuk kuda-kuda rumah

Disamping bagian penutup atap ada hal yang lebih utama sebagai pemikul beban atap yakni kuda-kuda, kuda-kuda juga harus diperhatikan bentuk, rangka, dimensi kayu yang akan digunakan dalam setruktur atap sebuah rumah. Struktur kuda-kuda adalah suatu susunan rangka batang yang berfungsi untuk mendukung suatu beban atap termasuk juga beratnya sendiri dan sekaligus dapat memberikan bentuk pada atapnya. Kuda-kuda merupakan penyangga utama pada struktur atap. Konstruksi kuda-kuda dari kayu pada umumnya digunakan untuk rumah yang mempunyai bentang kuda-kuda pendek. Pada ruangan yang ada di gambar denah diatas bentang kuda-kuda sepanjang 6 meter dan sudut kemiringan kuda-kuda 30°. Mencirikan rumah adat jawa yaitu dengan desain rumah joglo atap genteng, rumah ini menggunakan penutup atap genteng beton.

2.5 Volume dan anggaran biaya kuda-kuda kayu

Hal yang sangat penting adalah perhitungan biaya, estimasi anggaran biaya perlu diperhatikan untuk desain kuda-kuda kerangka kayu, hal ini material sangat berpengaruh terhadapat kekuatan kerangka rumah itu sendiri. Untuk membuat kuda-kuda rumah dengan bentang 3, 6, meter dengan kemiringan 30° dibutuhkan anggaran biaya sebagai berikut : 

a.    Kuda-kuda sudut 30° bentang 3 meter jumlah 3 buah :

Bahan

panjang

Satuan

Harga satuan

Jumlah harga

3 kuda-kuda

Balok tarik 8/12

9

m

 Rp         50,000

 Rp               450,000

 Rp 1,350,000

Balok gantung 8/12

6

m

 Rp         50,000

 Rp               300,000

 Rp   900,000

Kaki kuda kuda 8/12

12

m

 Rp         50,000

 Rp               600,000

 Rp 1,800,000

Balok skoor 8/12

6

m

 Rp         50,000

 Rp               300,000

 Rp   900,000

Jumlah

33

m

 Rp         50,000

 Rp            1,650,000

 Rp 4,950,000

b.    Kuda-kuda sudut 30° bentang 6 meter jumlah 6 buah :

Bahan

panjang

Satuan

Harga satuan

Jumlah harga

6 kuda-kuda

Balok tarik 8/12

36

m

 Rp         50,000

 Rp            1,800,000

 Rp 10,800,000

Balok gantung 8/12

12

m

 Rp         50,000

 Rp               600,000

 Rp   3,600,000

Kaki kuda kuda 8/12

36

m

 Rp         50,000

 Rp            1,800,000

 Rp 10,800,000

Balok skoor 8/12

24

m

 Rp         50,000

 Rp            1,200,000

 Rp   7,200,000

Jumlah

108

m

 Rp         50,000

 Rp            5,400,000

 Rp 32,400,000

c.    Setengah kuda-kuda sudut 30° bentang 3 meter jumlah 2 buah :

Bahan

panjang

Satuan

Harga satuan

Jumlah harga

2 setengah kuda-kuda

Setengah balok tarik 8/12

6

m

 Rp      50,000

 Rp    300,000

 Rp                600,000

Balok gantung 8/12

0

m

 Rp      50,000

 Rp                -

 Rp                          -

Kaki kuda kuda 8/12

6

m

 Rp      50,000

 Rp    300,000

 Rp                600,000

Balok skoor 8/12

4

m

 Rp      50,000

 Rp    200,000

 Rp                400,000

Jumlah

16

m

 Rp      50,000

 Rp    800,000

 Rp             1,600,000

d.    Gording, nok, jurai, balok tembok :

Bahan

panjang

Satuan

Harga satuan

Jumlah harga

Nok 8/12

22

m

 Rp         50,000

 Rp            1,100,000

Jurai 8/12

36

m

 Rp         50,000

 Rp            1,800,000

Balok tembok 8/12

120

m

 Rp         50,000

 Rp            6,000,000

Gording 8/12

65

m

 Rp         50,000

 Rp            3,250,000

Jumlah

243

m

 Rp         50,000

 Rp          12,150,000

e.    Usuk, reng, profil

Bahan

panjang

Satuan

Harga satuan

Jumlah harga

Reng 3/4

620

m

 Rp           5,000

 Rp            3,100,000

Usuk 5/7

170

m

 Rp         25,000

 Rp            4,250,000

Profil 2/15

22

m

 Rp         20,000

 Rp               440,000

Jumlah

812

m

 Rp                   -

 Rp            7,790,000

 

Bahan

panjang

Satuan

Harga satuan

Jumlah harga

Total biaya bahan

1212

m

 Rp      -

 Rp          58,890,000

2.6 Sambungan

a. Sambungan kuda-kuda dengan sudut 30°



2.7    Metode pelaksanaan pembuatan kuda-kuda

Seperti pengalaman yang pernah saya dapatkan dari ayah saya terkait pembutan kuda-kuda baik teori maupun praktik dilapangan :

1.      Membuat daftar kebutuhan bahan yang lengkap

2.      Menyiapkan alat-alat diperlukan hingga siap pakai (tajam dan tidak kondisi rusak)

3.      Menyiapkan bahan yang diperlukan

4.      Mengetam keempat sisi kayu (muka I, II, III, dan IV) hingga rata, halus, lurus, dan siku antara muka yang satu dengan lainnya.

5.      Memotong kayu sesuai gambar kerja

6.      Menyambung balok tarik, yang biasa saya pakai sambungan bibir miring berkait

7.      Memberi tanda dengan jelas (misalnya dengan memberi silang) bagian-bagian kayu yang akan dihilangkan

8.      Membuat lobang dan pen pada balok tarik dan balok gantung, kemudian membuat pen pada kaki kuda-kuda

9.      Membuat pen (purus) dengan menggunakan gergaji potong, gergaji belah, dan pahat tusuk hingga hasilnya baik (rata, siku, dan tegak lurus mengikuti bentuk lukisan)

10.  Membuat lobang dengan membuat pahat lobang mengikuti garis kerja dengan kedalaman setengan tinggi kayu, untuk mempercepat pembuatan lobang bisa menggunakan alat bantu bor (manual atau masinal)

11.  Membuat takikan pada kaki kuda-kuda dengan menggunakan gergaji potong, gergaji belah, dan dirapikan menggunakan pahat tusuk atau pahat lobang.

12.  Membuat lobang untuk balok gantung, dan kaki kuda-kuda dan membuat pen untuk skoor

13.  Mencoba memasang konstruksi sambungan, dan diperhatikan secara seksama bagian-bagian mana saja yang masih  perlu dibenahi agar menjadi bentuk sambungan yang rata (tidak baling) dan rapat

14.  Membenahi kekurangan –kekurangan yang ada hingga sambungannya benar-benar rata (tidak baling) dan rapat

15.  Membuat lobang untuk begel dan baut

16.  Memasang kembali sambungan antar balok tarik, balok gantung, kaki kuda-kuda dan skoor tersebut

17.  Meratakan sambungan dengan menggunakan ketam halus

18.  Pemasang begel dan baut untuk memperkuat sambungan.

19.  Tahap paling akhir jika diperlukan pengawet untuk kayu non jati, bisa menggunakan cat mani untuk salah satu cara pengawetan kayu.

2.8    Metode pelaksanaan pendirian kuda-kuda

Seperti pengalaman yang pernah saya dapatkan dari ayah saya terkait pendirian  kuda-kuda baik teori maupun praktik dilapangan :

1.      Hal pertama yang perlu diperhatikan adalah keselamatan kerja

2.      Kesiapan pekerja jika tidak menggunakan alat berat

3.      Pastikan konstuksi baik sturktur beton dan kontruksi kayu kuda-kuda sudah kuat dan siap untuk dipasang

4.      Menaikkan kuda-kuda dari ujung balok tarik dan sampai kedua balok tarik sudah naik keatas

5.      Kemudian menaikkan atau menegakkan kuda-kuda sesuai dengan posisinya

6.      Pasang alat penyangga agar kuda-kuda tidak roboh

7.      Kembali ke langkah 4 sampai dengan 6 jika masih ada kuda-kuda yang belum dinaikkan

8.      Setelah semua kuda-kuda naik dan sesuai dengan posisinya maka langkah selanjutnya pemasangan nok terlebih dahulu dan dikunci menggunakan pasak kayu

9.      Disusul dengan pemasangan gording dilanjutkan pemasangan balok tembok dan seterusnya

10.  Jika menggunakan juring perlu dilakukan pemotongan miring sesuai letaknya

11.  Setelah pemasangan kerangka selesai dan dikunci semua baik menggunakan pasak kayu maupun paku maka selanjutnya pemasangan usuk/kaso

12.  Pemasangan usuk/kaso perlu pemotongan miring untuk pertemuan sudut antara usuk dengan profil, kemudian pemasangan profil dan reng terakhir pemasangan penutup atap.


3. Penutup

3.1 Simpulan

Bahwa bangunan yang menggunakan kerangka kayu masih sangat banyak digunakan karena memperhatikan keawetan keindahan dan ketersediaan bahan baku. Masih mengembangkan adat jawa menggunakan kerangka atap bentuk joglo. Meskipun tidak dirancang oleh seorang arsitektur tetapi hanya oleh tukang lokal akan tetapi kekuatan desainnya sangat baik, mungkin sedikit kekurangan untuk perhitungan estimasi biaya berbeda dengan perencana dan dari segi fungsional kurang karena disebabkan desain yang besar tidak sesuai standar ukuran rumah, kemudian pembuatan ruangan masih dalam bentuk lorong memanjang. Pembuatan sangat cepat jika dikerjakan dengan mesin, mudah dalam pengerjaan dibandingkan dengan pembuatan kusen dari kayu dan pembuatan perabot rumah tangga/mebeler. Dilihat dari segi penguasaan desain seorang tukang lokal kurang mampu mengembangkan desain sehingga desainnya begitu-begitu aja karena dari hasil observasi rumah saya sendiri bahwa disekitar rumah saya hampir keseluruhan masih menggunakan desain seperti itu karena dari satu sisi sering bersilaturahmi kumudian dari sisi lain saya dan ayah yang membuat rumahnya. Kemudian dari standar ukuran kerangka atap semua sudah sesuai standar dan estetika bentuk sudah bagus. Terakhir bahwasannya orang desa tetap mempertahankan konsep mempertahankan adat yang masih akan terus menggunakan rumah joglo yang terkesan masih tradisional.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar